Wednesday, 15 April 2020

Paper Koperasi dan Kemitraan Agribisnis Upaya Pengembangan Agribisnis Koperasi Sapi Perah

           PAPER KOPERASI DAN KEMITRAAN AGRIBISNIS
UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI PERAH DAN PENINGKATAN PRODUKSI SUSU MELALUI PEMBERDAYAAN KOPERASI SUSU

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Koperasi dan Kemitraan Agribisnis






Disusun Oleh :
Angga Susi Anjarwati
H0418012


PROGRAM STUDI PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019








         I.          PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan untuk mencapai kepada masyarakat yang maju, adil dan makmur seperti pada UUD 1945 pasal 33 ayat 1 yang berbunyi “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan” dan bangunan perusahaan yang sesuai dengan itu adalah koperasi.
Koperasi khususnya koperasi di Indonesia masih perlu membangun dirinya dan dibangun menjadi lebih kuat. Koperasi juga perlu didorong untuk mewujudkan peranya sebagai sokoguru perekonomian nasional sesuai dengan apa yang ada dalam UU. Koperasi sebagai unit usaha memerlukan dukungan agar mampu lebih berdaya saing dan dikelola secara modern berdasarkan prinsip kebersamaan dan kekeluargaan. Koperasi di negara-negara yang sedang berkembang umumnya tidak memiliki kesempatan untuk tumbuh secara bertahap serta meningkatkan efisiensi ekonominya agar sejajar dengan para pesaing utama dan lembaga pemerintah lainnya. Perkembangan koperasi sering kali dipandang sebelah mata, namun sekarang koperasi dapat dijadikan sebuah alternatif yang baik bahkan mejadi sokoguru perekonomian nasional sehingga pada saat ini membuat banyak orang berharap banyak pada koperasi.
Susu mengandung zat gizi bernilai tinggi yang dibutuhkan bagi kehidupan masyarakat dari segala lapisan umur untuk menjaga pertumbuhan, kesehatan, dan kecerdasan berpikir. Begitu pentingnya susu, sehingga dapat dikatakan bahwa untuk membangun suatu bangsa yang cerdas dan sehat, penyediaan susu bagi masyarakat merupakan hal yang mutlak.
Namun, disisi lain menunjukkan bahwa sebagian besar susu yang tersedia dan beredar di pasaran merupakan produk impor, kontribusi produksi nasional sangat kecil, itupun harus melalui “perjuangan” dari Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) untuk meningkatkan quota dan harga beli susu segar produksi dalam negeri dari indusri pengolah susu (IPS). Ketergantungan akan penerimaan dari IPS menyebabkan pengem- bangan Rounded Rectangle: 2agribisnis sapi perah di Indonesia relatif lamban. Pada periode tahun 2007 jum lah produksi susu segar nasional adalah 574.683 ton/tahun. Padahal tingkat konsumsi susu per kapita pada tahun yang sama adalah 3,13 kg per tahun (Ditjennak. 2009). Dengan perhitungan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2007 adalah 224,196 juta, maka permintaan susu pada tahun tersebut adalah 1.511.228 ton/tahun, jauh diatas produksi susu segar nasional. Apabila kondisi tersebut dibiarkan terus berlangsung tanpa upaya yang serius, maka ketergantungan akan produk impor dapat menguras devisa negara.
Konsumsi susu nasional Indonesia sampai saat ini belum dapat dipenuhi melalui produksi dalam negeri, sebagai akibat lambannya perkembangan agribisnis sapi perah. Oleh karena itu pengembangan agribisnis sapi perah dipandang perlu dipacu agar produksi susu memenuhi kebutuhan susu nasional. Faktor utama penyebab ketidakmampuan produksi susu nasional dalam memenuhi permintaan konsumsi susu nasional adalah karena skala usaha yang kecil, kemampuan produksi susu rendah, harga jual susu yang tidak memadai dan biaya produksi yang relatif tinggi. Hal ini menjadikan pendapatan peternak menjadi rendah. Dalam agribisnis sapi  perah, peternak tidak bisa lepas dari keberadaan koperasi. Untuk memacu perkembangan agribisnis sapi perah, perlu adanya pemberdayaan koperasi untuk meningkatkan skala usaha, meningkatan kemampuan produksi susu dan menekan biaya produksi. Pemberdayaan dilakukan melalui penyediaan sumber bibit sapi perah betina, penyediaan pakan konsentrat yang berkualitas dengan harga yang terjangkau, maupun bisnis KPS.
Berdasarkan permasalahan di atas, pemberdayaan koperasi susu sangat diperlukan mengingat peranannya yang strategis dalam pengembangan agribisnis sapi perah. Paper ini bertujuan untuk membahas beberapa aspek pemberdayaan yang dapat dilakukan koperasi susu untuk memacu pengembangan agribisnis sapi perah, sehingga diharapkan dapat berdampak pada peningkatan produksi susu nasional.
B.     Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang ada antara lain :
1.    Apa kendala pengembangan agribisnis sapi perah ?
2.    Bagaimana solusi dari kendala pengembangan agribisnis sapi perah ?
3.    Bagaimana cara pemberdayaan koperasi dalam pengembangan agribisnis sapi perah ?
C.     Tujuan
Adapun tujuan yang ingin di capai oleh penyusun antara lain sebagai berikut,
1.    Mengetahui kendala pengembangan agribisnis sapi perah
2.    Mengetahui solusi dari kendala pengembangan agribisnis sapi perah
      3.    Mengetahui cara pemberdayaan koperasi dalam pengembangan agribisnis sapi perah


           II.          TINJAUAN PUSTAKA
A.      Koperasi
Koperasi adalah suatu gerakan otomatis untuk membela diri dari suatu kelompok masyarakat terhadap tekanan-tekanan hidup yang dilakukan oleh kelompok lain dalam masyarakat, baik yang berupa dominasi sosial maupun berupa eksploitasi ekonomi, sehingga menimbulkan rasa tidak aman bagi kehidupan mereka. Jenis-jenis koperasi. Menurut Undang-Undang No. 25 tahun 1992 pasal 16 jenis koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya. Jenis koperasi terdiri atas lima jenis, yaitu koperasi simpan pinjam, koperasi konsumen, koperasi produsen, koperasi pemasaran, koperasi jasa (Masitah et al, 2016).
Koperasi dalam mewujudkan operasinya berusaha mengembangkan dan memberdayakan diri agar tumbuh menjadi kuat dan mandiri sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan anggota. Koperasi juga berusaha berperan nyata mengembangkan dan memberdayakan tata ekonomi nasional yang berdasarkan asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi Indonesia dalam rangka mewujudkan masyarakat maju, adil, dan makmur. Koperasi sebagai organisasi ekonomi (economic organisation) yang berwatak sosial sebagai usaha bersama berlandaskan asas kekeluargaan dan gotong royong. Koperasi dalam melaksanakan fungsinya sebagai organisasi ekonomi selalu berorientasi pada pemenuhan kebutuhan hidup anggotanya dan masyarakat di lingkungannya (Susanto, 2017).
Sebagaimana dinyatakan dalam pembangunan ekonomi, khususnya sektor pertanian, pembinaan kelembagaan diarahkan untung merangsang peran serta masyarakat petani dalam wadah kelompok tani atau koperasi. Beberapa fakta yang ada menunjukkan bahwa koperasi telah berkembang pesat dan cukup kuat, serta mampu menjaankan fungsi koperasi sebagai lembaga perekonomian andalan pedesaan dan mampu menjadi koordinator informasi bagi koperasi disekitarnya, terutama dalam kegiatan agribisnis. Saat ini, koperasi masih belum sepenuhnya mampu memanfaatkan kegiatan Rounded Rectangle: 5








agribisnis dari hulu ke hilir, yang sesungguhnya mempuyai nilai tambah yang lebih besar (Hanafie, 2010).



       III.          HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Kendala Pengembangan Agribisnis Sapi Perah
Kendala yang dihadapi dalam pengembangan agribisnis sapi perah diantaranya adalah ketidakberdayaan peternak untuk mengembangkan usahanya, karena rendahnya pendapatan. Pendapatan yang mereka peroleh selama ini hanya cukup dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga tidak mampu untuk mengembangkan usaha agribisnis sapi perah. Sebuah penelitian yang dilakukan di Kabupaten Bandung (Pengalengan, Lembang) dan Bogor (Cisarua) menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata agribisnis sapi perah sebesar Rp.633.903 per bulan dengan rataan jumlah pemilikan induk sepanjang tahun tiga ekor. Sementara penelitian yang dilakukan ole seorang ahli di daerah Cirebon dengan rataan pemeliharaan dua ekor sapi perah induk, pendapatan rata-rata mencapai Rp.796.580,-/bulan. Rataan pendapatan yang lebih tinggi pada agribisnis sapi perah di daerah Cirebon dibandingkan dengan di Kabupaten Bandung adalah disebabkan harga penjualan susu peternak di Cirebon lebih tinggi dibandingkan dengan di Kabupaten Bandung.
B.       Solusi Kendala Pengembangan Agribisnis Sapi Perah
Pendapatan usaha agribisnis sapi perah yang masih rendah tersebut akibat skala usaha dan kemampuan berproduksi susu yang rendah, harga penjualan susu relatif murah dan biaya produksi tinggi. Penanggulangan terhadap masalah tersebut perlu dilakukan agar peternak bukan saja mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarga tetapi juga mampu mengembangkan agribisnis sapi perah mereka. Langkah-langkah strategis untuk mengatasi masalah adalah sebagai berikut.

1.      Peningkatan Skala Usaha

Skala usaha agribisnis sapi perah diartikan sebagai jumlah sapi perah imduk yang dipelihara, baik yang sedang laktasi (menyusui) maupun yang sedang tidak menyusui (yang dikenal dengan istilah sapi kering kandang). Jumlah induk yang dipelihara dalam usaha agribisnis sapi perah selama ini tergolong skala usaha kecil, dengan skala pemilikan 3-5 ekor, dan kemampuan berproduksi 10-12 liter/ekor. Jumlah induk yang dipelihara tidak semuanya berproduksi susu sepanjang tahun, tetapi ada yang sedang kering kandang. Penelitian menunjukkan bahwa dari jumlah sapi perah induk yang dipelihara sepanjang tahun mengalami kering kandang 20-30 persen, sehingga sapi yang berproduksi susu sepanjang tahun tinggal 2-4 ekor. Dengan skala usaha kecil, kemampuan berproduksi dan harga yang rendah, sulit bagi peternak untuk mendapatkan pendapatan yang mencukupi kebutuhan hidup keluarga, apalagi untuk mengembangkan agribisnis sapi perahnya. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk meningkatkan pendapatan adalah meningkatkan skala usaha ternak
2.      Memberikan Pakan yang Cukup dan Berkualitas
Pakan merupakan salah satu faktor yang menentukan kemampuan berproduksi sapi perah. Pakan sapi perah terdiri dari hijauan dan konsentrat. Pada umumnya hijauan pakan diberikan dalam bentuk limbah pertanian dan rumput lapangan yang kualitasnya rendah. Oleh karena itu, konsentrat yang diberikan harus berkualitas tinggi agar tercapai kemampuan berproduksi susu yang tinggi. Kenyataan di lapang, kualitas dan kuantitas konsentrat sering tidak sesuai dengan yang direkomendasikan, karena sulit untuk mendapatkan bahan pakan khususnya pada musim kering disamping harga yang relatif mahal. Guna mengatasi hal ini peternak memberikan tambahan atau suplementasi bahan pakan yang lebih berkualitas, sehingga dapat meningkatkan kemampuan berproduksi susu sapi perah induk.
3.      Memberikan Frekuensi Pemberian Pakan
Pada umumnya frekuensi pemerahan dilakukan 2 kali setiap hari. Namun demikian, pada sapi induk yang memiliki kemampuan tinggi dalam memproduksi susu, frekuensi pemerahan dapat ditingkatkan menjadi 3 kali atau lebih dalam sehari. Kendala yang dihadapi yaitu fasilitas yang dimiliki koperasi susu maupun KUD umumnya belum memungkinkan untuk menampung dan memasarkan susu apabila Rounded Rectangle: 8pemerahan dilakukan lebih dari 3 kali dalam satu hari. Untuk mengatasi kendala ini fasilitas yang masih memungkinkan adalah meningkatkan frekuensi pemerahan dari dua kali menjadi tiga kali per hari.
Dalam ambing sapi perah terdapat alveol-alveol yang berkemampuan memproduksi susu. Sapi perah induk yang mempunyai potensi genetik yang tinggi dalam berproduksi susu, diikuti dengan pemberian pakan dan manajemen pemeliharaan yang baik, terutama pada permulaan laktasi atau pada fase baru melahirkan, alveol akan mempercepat memproduksi susu, sehingga ambing cepat penuh.
4.      Harga Jual Susu di Tingkat Peternak
Penerimaan utama agribisnis sapi perah adalah dari penjualan susu harian. Besar kecilnya penerimaan ini sangat ditentukan oleh jumlah susu yang diproduksi dan harga penjualan susu tersebut. Jumlah susu yang diproduksi ditentukan pula oleh jumlah sapi perah yang berproduksi dan kemampuan berproduksi. Makin banyak jumlah sapi-sapi perah yang berproduksi dengan kemampuan tinggi, semakin banyak susu yang dapat dijual atau dipasarkan. Demikian pula penerimaan yang tinggi akan dapat dicapai apabila harga yang ditawarkan tinggi pula. Harga yang tinggi pada agribisnis sapi perah diartikan sebagai harga yang akan memberi keuntungan pada agribisnis sapi perah. Harga jual susu didasarkan pada biaya produksi. Pada agribisnis sapi perah biaya produksi yang terbesar adalah pada pakan konsentrat.
Pemanasan global yang terjadi akhir-akhir berdampak terhadap produksi pertanian sudah terasa pada awal tahun 2007. Akibat dari pemanasan global tersebut terjadi penurunan produksi susu yang sangat signifikan di negara penjual susu utama dunia berimbas kepada harga penjualan susu meningkat. Harga jual susu pasar dunia meningkat signifikan termasuk di Indonesia. Pada pertengahan tahun 2007, harga jual susu peternak meningkat tajam lebih dari 3 kali harga per kg konsentrat, satu tingkat harga yang memadai bagi agribisnis sapi perah. Namun keberlanjutan dari harga jual susu peternak yang memadai dan Rounded Rectangle: 9dapat bertahan terus kedepan, masih perlu dicermati.
5.      Menenekan Biaya Produksi
Dalam agribisnis sapi perah, peternak tidak hanya memelihara sapi induk laktasi dan kering kandang, tetapi juga sapi perah yang belum berproduksi. Sapi perah non produktif ini terdiri dari pedet, dara muda ataupun dara dewasa. Sapi perah non produktif dipelihara untuk menggantikan sapi perah induk yang sudah tidak ekonomis lagi untuk dipelihara terus. Dalam pengelolaan, biaya pemeliharaan sapi perah non produktif tersebut menjadi beban dari sapi perah yang sedang berproduksi. Dengan demikian dalam perhitungan agribisnis, sapi perah laktasi di samping harus membiayai dirinya sendiri, harus pula menanggung biaya sapi-sapi perah non produktif. Oleh karena itu makin banyak sapi perah non produktif yang dipelihara akan sangat membe- ratkan sapi perah laktasi yang berdampak terhadap perolehan keuntungan yang semakin kecil. Salah satu penyebab rendahnya pendapatan agribisnis sapi perah selama ini dikarenakan terlalu banyaknya memelihara sapi perah non produktif dan tidak sebanding dengan jumlah pemeliharaan sapi perah laktasi.
C.       Pemberdayaan Koperasi dalam Pengembangan Agribisnis Sapi Perah
Pengembangan agribisnis sapi perah dapat dilakukan dengan meningkatkan pendapatan peternak yang secara tidak langsung akan berdampak pula terhadap peningkatan produksi susu nasional. Peningkatan pendapatan peternak sebagaimana telah diuraikan sebelumnya dapat dilakukan apabila didukung oleh penyediaan bibit sapi perah betina, penyediaan pakan yang berkualitas dan pembinaan peternak secara berkelanjutan. Kesemuanya ini merupakan salah satu peran dan tanggungjawab koperasi susu, yang tidak hanya sebatas pada penampungan dan pemasaran susu produksi peternak, tetapi juga memberdayakan peternak agar mampu mem- peroleh pendapatan yang memadai. Pembinaan peternak oleh koperasi susu selama ini telah berjalan, namun masih perlu untuk diintensifkan. 
Beberapa upaya pemberdayaan yang dapat dilakukan koperasi untuk meningkatkan produksi dan produktivitas usaha ternak antara lain dengan penyediaan bibit sapi perah betina, penyediaan pakan konsentrat dan bisnis KPS.
1.      Penyediaan Bibit Sapi Perah Betina
Peningkatan skala usaha bukan hanya penambahan jumlah pemeliharaan sapi-sapi perah induk, tetapi juga peningkatan kemampuan berproduksi susu dari sapi-sapi perah induk yang dipelihara. Hal ini akan berjalan apabila ada penyediaan bibit sapi-sapi perah betina yang berkemampuan tinggi  dalam berproduksi susu. Pengalaman selama ini dalam pengembangan agribisnis sapi perah dengan jalan mengimpor sapi perah betina  dari luar negeri adalah kurang berhasil. Oleh karena itu sebaiknya untuk mendapatkan sapi-sapi perah betina yang berkemampuan tinggi dalam berproduksi susu adalah dengan pengadaan induk bibit sapi-sapi perah betina di dalam negeri. Berbagai pihak  yang berkaitan dengan agribisnis sapi perah sudah sepakat, bahwa pembibitan sapi-sapi perah calon induk sebaiknya dilakukan oleh setiap KPS. Walaupun telah ada KPS yang melakukan pembibitan sapi-sapi perah betina, masih banyak hal yang harus diperbaiki.
Masalah yang akan timbul apabila koperasi susu dijadikan sebagai penyediaan induk bibit sapi perah betina adalah permodalan dan tenaga ahli. Permodalan tidak keseluruhannya dapat diperoleh dari pemotongan harga susu peternak yang dikenal dengan istilah ”tanggung renteng” (ditanggung bersama). Namun demikian, dalam pelaksanaannya pembibitan sapi perah betina perlu adanya subsidi dari pemerintah. Sedangkan tenaga ahli yang dibutuhkan untuk pembibitan tersebut, dapat dilakukan dengan menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi ataupun lembaga penelitian terkait.
Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Baturaden, Purwokerto, Jawa Tengah, sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Peternakan untuk menghasilkan sapi perah kualitas bibit, ternyata belum Rounded Rectangle: 11mampu sebagai penyedia bibit unggul sapi perah dalam skala luas. Oleh karena itu KPS-KPS perlu membentuk dan memberdayakan unit pembesaran pedet calon induk. Ditinjau dari aspek kualitas bibit, sebenarnya pejantan yang digunakan untuk mengawini betina (melalui teknik inseminasi buatan) sudah mengguna- kan pejantan kualitas unggul. Sehingga, anak- anak yang dihasilkan tentunya mempunyai potensi genetik yang cukup baik.
2.      Penyediaan Pakan Konsentrat
Sebagian besar KPS yang tersebar di daerah konsentrasi agribisnis sapi perah sudah mampu memproduksi konsentrat yang dibutuhkan oleh para anggotanya. Namun konsentrat yang diproduksi KPS pada umumnya masih berkualitas rendah yang belum mencukupi kebutuhan produksi sapi-sapi perah yang berkemampuan tinggi dalam berproduksi susu. Pada umumnya dengan pem- berian konsentrat yang berkualitas baik, sapi perah induk masih ekonomis untuk dipelihara sampai 10-11 periode laktasi. Namun dengan pemberian konsentrat yang berkualitas rendah sapi perah induk tidak ekonomis lagi dipelihara pada laktasi ke 7.
Rendahnya kualitas konsentrat produksi koperasi susu dikarenakan rendahnya daya beli para peternak. Apabila hal tersebut dibiarkan berlanjut akan merugikan peternak, yang berakibat juga kerugian pada koperasi susu. Oleh karena itu koperasi susu harus memproduksi konsentrat yang berkualitas sesuai dengan kualitas yang dibutuhkan oleh sapi perah yang berkemampuan tinggi dalam berproduksi susu. Kuantitas dan kualitas konsentrat yang sesuai dengan kemampuan produksi, bukan saja mampu meningkatkan rataan produksi harian, tetapi juga memberikan dampak ekonomis. Kembali pada kualitas pakan (terutama konsentrat), tentunya terkait dengan harga konsentrat yang dapat dijangkau peternak. Artinya, perlu adanya kerja sama dengan lembaga penelitian terkait dengan peternakan untuk menyusun ransum konsentrat dengan komposisi bahan baku yang murah. Dengan demikian dapat dihasilkan konsentrat dengan harga ekonomis sesuai dengan produk Rounded Rectangle: 12(susu) yang dihasilkan. Meningkatnya kemampuan produksi susu akan menyebabkan semakin banyaknya jumlah susu diproduksi.
Pemberdayaan koperasi susu sangat diperlukan agar mampu mengadakan sumber bibit sapi perah betina yang berkemampuan tinggi dalam berproduksi susu dan memproduksi pakan konsentrat yang berkualitas baik. Penyediaan sumber bibit sapi perah betina dan pakan konsentrat yang berkualitas baik akan memberi peluang kepada para peternak untuk meningkatkan skala usahanya dan dapat meningkatkan pendapatan, sehing- ga mampu untuk mengembangkan agribisnis sapi perah petani ternak yang berdampak terhadap peningkatan produksi susu nasional.
3.      Bisnis KPS
Kenyataan menunjukkan bahwa KPS saat ini hanya sebagai penyalur susu ke IPS yang kuota dan kualitas susu yang dipersyaratkan IPS berubah-ubah tergantung harga susu impor. Posisi tawar GKSI dengan IPS sangat rendah, dapat berpengaruh terhadap daya serap produksi susu masing-masing KPS. Kasus pembuangan susu oleh KPS sebagai bentuk protes terhadap  perlakuan IPS, yang menanggung kerugian adalah peternak sapi perah, bukan KPS. Inilah contoh mudah KPS belum mampu sebagai lembaga bisnis persusuan yang cukup handal untuk mensejahterakan anggotanya.
KPS bekerjasama dengan pihak-pihak terkait perlu memperluas pasar dengan program diversifikasi. Sebagai contoh, melalui program gerakan minum susu (segar) nasional, dan sudah dirintis oleh beberapa pemerintah daerah; bermitra dengan swasta untuk membuat IPS-IPS kecil-sedang dengan target konsumen tertentu, seperti kelompok anak sekolah. Disamping itu perlu adanya pemberdayaan masyarakat untuk mengubah kebiasaan minum susu kental manis menjadi minum susu murni hasil pasteurisasi untuk kualitas kesehatan.
KPS dengan GKSI nya yang sudah berdiri puluhan tahun dan dibantu fasilitas pemerintah, perlu berbenah diri sebagai unit pengelola pemasaran produk yang efisien dan bertanggung jawab dengan menggunakan kriteria keberhasilan dengan indikator ekonomi. KPS/GKSI harus berfungsi untuk meningkatkan efisiensi usaha ternak sapi perah, dan bukannya sebagai sumber inefisiensi.
 IV.          KESIMPULAN DAN SARAN
A.      Kesimpulan
Agribisnis sapi perah sudah saatnya untuk dipacu perkembangannya, agar produksi susu dapat memenuhi kebutuhan susu nasional. Ketidakmampuan produksi dalam memenuhi kebutuhan susu nasional, akibat rendahnya pendapatan para peternak, sehingga petani ternak tidak mampu untuk mengembangkan agribisnis sapi perahnya. Pendapatan para peternak yang selama ini masih rendah, karena skala usaha yang kecil, kemampuan berproduksi susu sapi perah induk yang rendah, harga jual susu peternak yang tidak memadai atau menguntungkan dan biaya produksi yang relatif tinggi. Untuk memacu perkembangan agribisnis sapi perah yang berdampak terhadap peningkatan produksi susu nasional adalah dengan cara meningkatkan skala usaha, meningkatkan kemampuan berproduksi susu dari sapi perah induk yang dipelihara para peternak dan menekan biaya produksi. Penekanan biaya produksi dapat dilakukan dengan menyesuaikan jumlah pemeliharaan sapi perah produktif dengan jumlah pemeliharaan sapi perah non produktif dalam suatu komposisi pemeliharaan yang ekonomis. Sedangkan harga jual susu di tingkat peternak belakangan ini sudah membaik dikarenakan terjadinya penurunan produksi susu dunia sebagai dampak dari pemanasan global.
B.       Saran
Peningkatan skala usaha dan kemam- puan berproduksi susu sapi perah induk dapat dilakukan melalui pemberdayaan koperasi susu, melalui penyediaan sumber bibit sapi perah betina dan penyediaan pakan konsen- trat yang berkualitas baik dengan harga yang terjangkau, dan dengan melalui bisnis koperasi.












 
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Peternakan. 2009. Statistik Peternakan 2008. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, Jakarta.
Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Petanian. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Masitah HD, Tenaya MN, dan Darmawan DP. 2016. Strategi Pemberdayaan Koperasi Tani Berbasis Agribisnis di Kabupaten Badung (Studi Kasus pada Koperasi Subak Uma Lambing). Jurnal Manajemen Agribisnis Vol. 4, No. 2.
Rusdiana, S., Wahyuningsih K. Sejati. 2009. Upaya Pengembangan Agribisnis Sapi Perah dan Peningkatan Produksi Susu Melalui Pemberdayaan Koperasi Susu. Jurnal Agro Ekonomi Vol. 27 No. 1 : 43-51
Wibowo, Martino, Ahmad Subagyo. 2017. Seri Manajemen Koperasi dan UKM Tata Kelola Koperasi yang Baik (Good Cooperative Govermance). Yogyakarta : CV Budi Utama.









 

No comments:

Post a Comment